Batuan beku dapat dibedakan
berdasarkan tipe data yang diukur atau dianalisis, seperti data kualitatif dan
data kuantitatif. Klasifikasi batuan menurut Huang (1962?) yang berdasarkan
tekstur dan komposisi mineral, merupakan salah satu contoh klasifikasi
berdasarkan data kualitatif. Contoh lainnya seperti Travis dan WTG (Walter
Turner & Gilbert). Klasifikasi batuan beku secara kuantitatif didasarkan
pada persen komposisi baik oksida maupun normatifnya. Contoh klasifikasi ini adalah
Cox, et al (1979), Kuno (1959, 1966), Irvine & Baragar (1971), Streckeisen
(19??), Middlemost (1975) dan Le Bas (1986).
Klasifikasi batuan beku secara
kuantitatif biasanya menggunakan data oksida batuan ataupun normatif. Data
normatif diperoleh dari hasil perhitungan kembali persentase mineral
berdasarkan data oksida batuan. Terdapat banyak metode berikut programnya untuk
menghitung data normatif, seperti metode CIPW (program Newpet), metode linear
programming (Lpnorm), metode mass balance (ModusCalc), metode Ritmann, Sednorm
(untuk menghitung normatif batuan sedimen), Mesonorm (untuk menghitung normatif
batuan metamorf). Metode ini akan kami ditulis dalam bentuk artikel lain dalam
seri komputer untuk geologi.
Untuk mengelompokkan batuan
berdasarkan data normatif atau oksida biasanya menggunakan 2 sampai 3 variabel,
misalnya SiO2 dan K2O + Na2O atau AFM (A = K2O
+ Na2O, F = FeO + Fe2O3, dan M = MgO), atau
persen Kuarsa, Alkali feldspar dan Plagioklas.
Prinsip
pembuatan
Langkah utama pembuatan file
template dengan grapher adalah mendefinisikan komponen garis dari suatu
klasifikasi ke dalam variabel yang digunakan, atau sering disebut sebagai
digitizing. Titik-titik digit diambil dari semua titik potong dan titik belok
dari garis yang akan didefinisikan. Lihat contoh berikut ini:
Langkah selanjutnya adalah mengeplot
semua garis ke dalam file template. Untuk mengeplot garis lurus dapat dilakukan
dengan mendefinisikan grafik ke jenis [line-to-line]. Sedangkan untuk
garis lengkung harus dilakukan ekstrapolasi dengan metode Spline Cubic
(lihat Davis, 1986). Setelah semua unsur garis diplot ke dalam file
template, nama-nama batuan atau klasifikasi dapat ditulis manual atau diplot ke
dalam grafik tersebut.
Gambar
3. Tehnik pengeplotan ternary diagram dengan program Grapher.
Zv
Magma dapat mendingin dan membeku di bawah atau
di atas permukaan bumi. Bila membeku di bawah permukaan bumi, terbentuklah
batuan yang dinamakan batuan beku dalam atau disebut juga batuan beku intrusive
(sering juga dikatakan sebagai batuan beku plutonik). Sedangkan, bila magma
dapat mencapai permukaan bumi kemudian membeku, terbentuklah batuan beku luar
atau batuan beku ekstrusif.
BATUAN BEKU DALAM
Magma yang membeku di bawah permukaan bumi,
pendinginannya sangat lambat (dapat mencapai jutaan tahun), memungkinkan
tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh
batuan beku intrusive. Tubuh batuan beku dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang
beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Magma dapat menyusup
pada batuan di sekitarnya atau menerobos melalui rekahan-rekahan pada batuan di
sekelilingnya.
Bentuk-bentuk batuan beku yang memotong struktur
batuan di sekitarnya disebut diskordan, termasuk di dalamnya adalah batholit,
stok, dyke, dan jenjang volkanik.
Batholit, merupakan tubuh batuan beku
dalam yang paling besar dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong
lapisan-lapisan batuan yang diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan
massa dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak berbeda.
Perbedaan ini mencerminkan bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa
batholit mencapai lebih dari 1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari
penelitian geofisika dan penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa
tebal batholit antara 20-30 km. Batholite tidak terbentuk oleh magma yang
menyusup dalam rekahan, karena tidak ada rekahan yang sebesar dimensi batolit.
Karena besarnya, batholit dapat mendorong batuan yang di1atasnya. Meskipun
batuan yang diterobos dapat tertekan ke atas oleh magma yang bergerak ke atas
secara perlahan, tentunya ada proses lain yang bekerja. Magma yang naik
melepaskan fragmen-fragmen batuan yang menutupinya. Proses ini dinamakan
stopping. Blok-blok hasil stopping lebih padat dibandingkna magma yang naik,
sehingga mengendap. Saat mengendap fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian
terlarut dalam magma. Tidak semua magma terlarut dan mengendap di dasar dapur
magma. Setiap frgamen batuan yang berada dalam tubuh magma yang sudah membeku
dinamakan Xenolith.
Stock, seperti batolit, bentuknya
tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil dibandingkan dengan batholit, tidak
lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau bagian
atas batholit.
Dyke, disebut juga gang, merupakan
salah satu badan intrusi yang dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil.
Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong
struktur (perlapisan) batuan yang diterobosnya.
Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung
api di bawah kawah yang mengalirkan magma ke kepundan. Kemudaia setelah batuan
yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang
lebih silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya.
Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan
di sekitarnya disebut konkordan diantaranya adalah sill, lakolit dan lopolit.
Sill, adalah intrusi batuan beku yang
konkordan atau sejajar terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk
tabular dan sisi-sisinya sejajar.
Lakolit, sejenis dengan sill. Yang
membedakan adalah bentuk bagian atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung
atau cembung ke atas, membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip
dengan Sill. Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya
eksogen, batuan beku dapt tersingka di permukaan.
Lopolit, bentuknya mirip dengan
lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya cekung ke atas.
Batuan beku dalam selain mempunyai berbagai
bentuk tubuh intrusi, juga terdapat jenis batuan berbeda, berdasarkan pada
komposisi mineral pembentuknya. Batuan-batuan beku luar secara tekstur
digolongkan ke dalam kelompok batuan beku fanerik.
BATUAN BEKU LUAR
Magma yang mencapai permukaan bumi, keluar
melalui rekahan atau lubang kepundan gunung api sebagai erupsi, mendingin
dengan cepat dan membeku menjadi batuan ekstrusif. Keluarnya magma di permukaan
bumi melalui rekahan disebut sebagai fissure eruption. Pada umumnya magma
basaltis yang viskositasnya rendah dapat mengalir di sekitar rekahannya,
menjadi hamparan lava basalt yang disebut plateau basalt. Erupsi yang keluar
melalui lubang kepundan gunung api dinamakan erupsi sentral. Magma dapat
mengalir melaui lereng, sebagai aliran lava atau ikut tersembur ke atas bersama
gas-gas sebagai piroklastik. Lava terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis
tergantung apda komposisi magmanya dan tempat terbentuknya.
Apabila magma membeku di bawah permukaan air
terbentuklah lava bantal (pillow lava), dinamakan demikian karena
pembentukannya di bawah tekanan air.
Dalam klasifikasi batuan beku batuan beku luar
terklasifikasi ke dalam kelompok batuan beku afanitik.
KLASIFIKASI BATUAN BEKU
Pengelompokan atau klasifikasi batuan beku secara
sederhana didasarkan atas tekstur dan komposisi mineralnya. Keragaman tekstur
batuan beku diakibatkan oleh sejarah pendinginan magma, sedangkan komposisi
mineral bergantung pada kandungan unsure kimia magma induk dan lingkungan
krsitalisasinya.
Tekstur Batuan Beku
Beberapa tekstur batuan beku yang umum adalah:
1. Gelas (Glassy),
tidak berbutir atau tidak memiliki Kristal (amorf)
2. Afanitik (fine
grained texture), bebrutir sangat halus à hanya dapat
dilihat dengan mikroskop
3. Fanerik (coarse
grained texture), berbutir cukup besar sehingga komponen mineral pembentuknya
dapat dibedakan secara megaskopis.
4. Porfiritik,
merupakan tekstur yang khusus di mana terdapat campuran antara butiran-butian
kasar di dalam massa dengan butiran-butiran yang lebih halus. Butiran besar
yang bentuknya relative sempurna disebut Fenokrist sedangkan butiran halus di
sekitar fenokrist disebut massadasar.
Secara ringkas, klasifikasi batuan beku dapat
dinyatakan sebagai berikut:
BATUAN
SEDIMEN
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari
pecahan atau hasil abrasi dari sedimen, batuan beku, metamorf yang tertransport
dan terendapkan kemudian terlithifikasi.
Ada dua tipe sedimen yaitu: detritus dan kimiawi.
Detritus terdiri dari partikel-2 padat hasil dari pelapukan mekanis. Sedimen
kimiawi terdiri dari mineral sebagai hasil kristalisasi larutan dengan proses
inorganik atau aktivitas organisme. Partikel sedimen diklasifikasikan menurut
ukuran butir, gravel (termasuk bolder, cobble dan pebble), pasir, lanau, dan
lempung. Transportasi dari sedimen menyebabkan pembundaran dengan cara abrasi
dan pemilahan (sorting). Nilai kebundaran dan sorting sangat tergantung pada
ukuran butir, jarak transportasi dan proses pengendapan. Proses litifikasi dari
sedimen menjadi batuan sedimen terjadi melalui kompaksi dan sementasi.
Batuan sedimen dapat dibagi menjadi 3 golongan:
1. Batuan sedimen
klastik à terbentuk dari fragmen batuan lain ataupun
mineral
2. Batuan sedimen
kimiawi à terbentuk karena penguapan, evaporasi
3. Batuan sedimen
organic à terbentuk dari sisa-sisa kehidupan hewan/
tumbuhan
Klasifikasi batuan sedimen klastik adalah
berdasarkan besar butirnya, oleh karenanya digunakan skala Wentworth. Sedangkan
untuk klasifikasi batuan sedimen kimiawi dilakukan berdasarkan matriks maupun
fragmennya dengan klasifikasi dari Dunham, Embry-Klovan.
BATUAN METAMORF
Batuan metamorf adalah jenis batuan yang secara
genetis terebntuk oleh perubahan secara fisik dari komposisi mineralnya serta
perubahan tekstru dan strukturnya akibat pengaruh tekanan (P) dan temperature
(T) yang cukup tinggi. Kondisi-kondisi yang harus terpenuhi dalam pembentukan
batuan metamorf adalah:
·
Terjadi dalam suasana padat
·
Bersifat isokimia
·
Terbentuknya mineral baru yang merupakan mineral
khas metamorfosa
·
Terbentuknya tekstur dan struktur baru.
Proses metamorfosa diakibatkan oleh dua factor
utama yaitu Tekanan dan Temperatur (P dan T). Panas dari intrusi magma adalah
sumber utama yang menyebabkan metamorfosa. Tekanan terjadi diakibatkan oleh
beban perlapisan diatas (lithostatic pressure) atau tekanan diferensial sebagai
hasil berbagai stress misalnya tektonik stress (differential stress).
Fluida yang berasal dari batuan sedimen dan magma dapat mempercepat reaksi kima
yang berlangsung pada saat proses metamorfosa yang dapat menyebabkan
pembentukan mineral baru. Metamorfosis dapat terjadi di setiap kondisi
tektonik, tetapi yang paling umum dijumpai pada daerah kovergensi lempeng.
Jenis-jenis metamorfosa adalah:
Metamorfosa kontak à dominan pengaruh suhu
Metamorfosa dinamik à dominan pengaruh tekanan
Metamorfosa Regional à kedua-duanya (P dan T) berpengaruh
Fasies metamorfosis dicirikan oleh mineral atau
himpunan mineral yang mencirikan sebaran T dan P tertentu. Mineral-mineral itu
disebut sebagai mineral index. Beberapa contoh mineral index antara
lain:
·
Staurolite: intermediate à high-grade metamorphism
·
Actinolite: low à intermediate metamorphism
·
Kyanite: intermediate à high-grade
·
Silimanite: high grade
metamorphism
·
Zeolite: low grade
metamorphism
·
Epidote: contact
metamorphism
Pada prinsipnya
batuan metamorfosa diklasifikasikan berdasarkan struktur. Struktur foliasi
terjadi akibat orientasi dari mineral, sedangkan non-foliasi yang tidak
memperlihatkan orientasi mineral. Foliasi merujuk kepada kesejajaran dan
segregasi mineral-mineral pada batuan metamorf yang inequigranular.
Batuan metamorf befoliasi membentuk urutan
berdasarkan besar butir dan atau berdasarkan perkembangan foliasi.
Urut-urutannya adalah: slate à
phyllite à schist à gneiss. Selain
menunjukkan besar butir dan derajat foliasi urut-urutan ini juga menunjukkan
kandungan mika yang semakin banyak dari kiri ke kanan. Salah satu ciri khas
batuan metamorf yang dapat teridentifikasi adalah kenampakkan kilap mika.
Sedangkan, untuk batuan metamorf non-foliasi
contohnya adalah marmer, kuarsit dan hornfels.
Sementara itu, untuk tekstur mineral pada batuan
metamorfosa dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
·
Lepidoblastik
: terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misalnya mineral mika (muskovit,
biotit)
·
Nematoblastik
: terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya mineral plagioklas,
k-felspar, piroksen
·
Granoblastik
: terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan batas-batas
sutura (tidak teratur), dengan bentuk mineral anhedral, misalnya kuarsa.
·
Tekstur Homeoblastik : bila terdiri dari satu tekstur saja, misalnya
lepidoblastik saja.
·
Tekstur Hetereoblastik : bila terdiri lebih dari satu tekstur, misalnya
lepidoblastik dan granoblastik
SUMBER : FHEY-THREE.BLOGSPOT.COM
0 komentar:
Posting Komentar