Home » , » Hanya cerita anak kecil

Hanya cerita anak kecil

Hanya cerita anak kecil - Hari telah sore. Layaknya anak-anak kecil lainnya, saya suka bersepeda. Atau bermain menggunakan sepeda. Lalu saya berinisiatif bersepeda dengan adik saya yang selisih umurnya hanya 3 tahun. Adik saya laki-laki. Waktu itu saya duduk di bangku sekolah dasar kelas kelas 3. boncengan atau bersepeda berdua. Saya di depan, adik saya duduk di palang tengah sepeda. Sepeda yang saya pakai bukan sepeda untuk orang dewasa. Tapi sepeda anak-anak.

Rumah saya memang tidak begitu jauh dengan sawah. Hanya berjarak seratus meter saja. Bersepeda ria di sore hari sungguh menyenangkan. Waktu itu sedang musim bermain layang-layang. Anak-anak yang lain ada yang bermain layang-layang. Bahkan juga orang-orang dewasa. Dan tibalah kami di jalan di tengah sawah, yang juga digunakan sebagai arena bermain layang-layang. Suasana cukup ramai.

Kami meluncur bersepeda dengan kecepatan rata-rata. Posisi kami saat itu persis di belakang seseorang yang sedang bermain layang-layang. Arah sepeda ke barat. Sedangkan orang yang bermain layang-layang menghadap ke utara. Karena saking asyiknya bersepeda, sehingga kurang memperhatikan tiba-tiba orang yang bermain layang-layang tersebut bergerak mundur. Atau orang tersebut yang terlalu asyik bermain layang-layang sehingga tidak memperhatikan kami. Sehingga orang tersebut menyenggol sepeda kami. Byurrrr!!!!! Kami berdua terperosok dan tercebur ke sawah. Lebih tepatnya tercebur ke kalen. Sungai kecil sebagai aliran air di pinggir sawah. Karena kebetulan jalan itu sempit dan ban sepeda kami memang jaraknya sangat dekat dengan pematang sawah.

Wah sungguh sial nasib kami. He he he. Otomatis kami menjadi pusat perhatian. Tapi waktu itu saya tidak merasakan seperti menjadi bahan olok-olokan. Maklum masih anak-anak. Kami berdiri dari pematang sawah dengan pakaian yang sudah kotor bercampur lumpur. Dan wajah cukup lusuh glepotan lumpur.

Saya keluar dari pematang sawah dengan mengangkat sepeda saya. Dibantu orang-orang yang bermain layang-layang. Mereka dengan cengar-cengir membantu ikut membersihkan dan memeriksa jikalau sepeda saya rusak. Atau mungkin ada yang terluka. ”Ora po-po tho dek?”, tanya seseorang. Saya hanya tersenyum. ”hua-hua-hua….”, rupanya adik saya tidak bisa menahan tangisannya.

Kami pulang berjalan kaki. Saya menuntun sepeda. Dan adek saya masih belum berhenti dari tangisannya. Walaupun semakin lirih. Tapi waktu itu, saya sama sekali tak merasa menyesal, bersedih ataupun takut naik sepeda. Serasa pengalaman biasa. Tapi bertahun-tahun kemudian dan sampai sekarang, saya baru merasakan kelucuan dan keceriaan pengalaman-pengalaman semasa kecil seperti itu. Terjatuh dari sepeda dan tercebur ke sawah karena kunduran wong dolanan layangan.

NB : kata dalam bahasa jawa, kunduran, sulit diterjemahkan secara lugas dalam satu kata di bahasa indonesia. Terjemahannya kurang lebih tersirat dalam cerita di atas. Wong dolanan layangan, artinya orang yang sedang bermain layang-layang.

posting diatas hanya cerita anak kecil
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Resource


TABLE OF CONTENTS



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. C4T4T4N 4N4K B4NGS4 - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger